Home / Lutfia Indah

Lutfia Indah

Saya seorang mahasiswa yang tertarik pada banyak hal seperti kepenulisan, sastra, kajian budaya, hingga sampai saat ini saya masih berusaha untuk memperdalam kajian gender.

Aktif mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa FIB UB 2017-2018, pengurus PMII Rayon Budaya, dan Unit Kegiatan Mahasiswa Fordi Mapelar 2017-sekarang.

Selama ini melatih kemampuan menulis melalui blog pribadi dan memberanikan mengirim naskah ke platform lain.

Sempat beberapa kali melakukan penelitian lapangan di Masyarakat Sendang Biru, Kampung Putih, dll.

Tentang Duka

Ibu dan bapakku adalah perpaduan yang sempurna. Mereka sama-sama keras tapi mampu merendah untuk menurunkan egonya satu sama lain. Perihal mengalah, sepertinya ibuku yang lebih juara. Katanya, “biar kamu dan bapakmu dulu, ibu belakangan” ketika dihari minggu semasa kecilku kami telah selesai membersihkan rumah untuk persiapan reuni keluarga.

OSF • 5th October 2020

Budaya Patriarki dan Upaya Pembebasan Perempuan Melalui Agama

Budaya patriarki yang sejak dahulu mendominasi hampir seluruh kegiatan bermasyarakan, kini berkonstruksi dan makin diperkuat oleh tafsir yang keliru dari beberapa pemeluk agama. Perempuan akhirnya memiliki batasan-batasan tertentu yang membuat mereka tidak bisa leluasa untuk berkehidupan di dalam masyarakat. Konstruksi sosial dan didukung oleh dogma-dogma agama dari pemeluknya akhirnya diromantisasi sehingga membuat masyarakat memiliki sebuah kesadaran palsu yang membuat mereka tidak masalah dan harus menerima bentuk pengukungan.

Jika Cantik Hanya Mengikuti Standar Industri

Terlebih pendefinisian kata cantik yang dilakukan oleh industri adalah satu bentuk dari penjegalan terhadap realitas keberagaman perempuan. Selain itu juga nilai dari perempuan sebagai manusia hanya akan dilihat melalui fisiknya semata, bukan atas pencapaian dan kualitas yang didasarkan pada intelektualitas perempuan.

Tuhan juga Hadir untuk Perempuan

Tuhan melalui agama mengajarkan nilai-nilai cinta kasih kepada sesama manusia dan terdapat ajaran untuk berserah diri kepada-Nya. Apabila doktrin agama digunakan untuk melanggengkan kuasa atau dominasi laki-laki terhadap perempuan, maka dapat kita katakan sebagai kegagalan seseorang dalam berserah diri kepada Tuhan.

Membingkai Dilema Perempuan dalam Novel I Am Sarahza

Sekalipun akhirnya Hanum adalah seorang istri bagi Rangga dan anak bagi orang tuanya, Hanum adalah pribadinya sendiri, dialah yang berhak atas segala keputusan yang nantinya diambil, yang telah didiskusikan terlebih dahulu. Namun nyatanya, Hanum sudah diguyahkan dengan dalih keikhlasan.

Jangan Biarkan Orang Lain Membuat Kita Benci pada Diri Kita

Tulisanku kali ini terinspirasi dari pengalaman pribadiku sendiri dan juga ungkapan “bocah kentang” yang sering banget aku dengar dari kawan-kawanku. Mereka mengatakannya saat tidak sengaja melihat seorang perempuan yang rupawan dan spontan mulai membandingkannya dengan diri mereka sendiri, katanya “apalah aku ini yang bocah kentang.”

It’s Okay Not To Be Okay

Aku akan memulai tulisanku kali ini dengan beberapa pertanyaan, seperti: Boleh gak sih kalau ternyata kita gak baik-baik aja? Atau, kenapa orang-orang selalu bilang “Kamu akan baik-baik aja kok.” Sebenarnya nggak ada yang salah sih dengan kata-kata kaya gitu, cuma permasalahannya tepat atau tidak tepatnya kita ngegunain itu buat orang lain. Beberapa orang, atau bahkan kebanyakan orang selalu merasa bahwa mereka punya kewajiban untuk membawa kebahagiaan bagi orang lain, termasuk aku juga dulu

Lutfia Indah

Lutfia Indah

Artikel Berita

Artikel

Tentang Duka

Budaya Patriarki dan Upaya Pembebasan Perempuan Melalui Agama

Jika Cantik Hanya Mengikuti Standar Industri

Susahnya Menjadi Perempuan di Indonesia

Tuhan juga Hadir untuk Perempuan

Blog Pribadi

Membingkai Dilema Perempuan dalam Novel I Am Sarahza

Cerita Novel “Waktu Aku Sama Mika”

Jangan Biarkan Orang Lain Membuat Kita Benci pada Diri Kita

It’s Okay Not To Be Okay